Bab 2.5: Menatap Akhir Semesta dari Balik Kacamata Hitam.

THE VOID RECORD Δ3.
1,636 words, 9 minutes read time.


THE VOID RECORD Δ3


[ARCHIVE//THE_VOID_RECORD_Δ3//CLASSIFIED]
Recovered From: AKASHIC REPOSITORY // SECTOR_Λ-77
Status: PARTIALLY CORRUPTED
Security Tier: Ω / EYE_OF_VOID
Authorship: Attributed to Agnia Nakamoto (unconfirmed)


“Do not read this as history. Read this as the wound of time.”

I. Δ3-001 // THE DUAL JUMP

“Tatapan yang tidak menanyakan izin, hanya ingin bersama.”
— Transmission Fragment

Mereka bilang ada momen di mana cahaya berhenti bergerak.
Di atas orbit New Mercury, momen itu tercatat: dua sinyal tubuh—
dua lintasan kesadaran—meninggalkan dunia dalam jeda yang sama.

Sevraya melompat lebih dulu.
NiuNiu mengikutinya tanpa izin.

Tidak ada pesan terakhir. Tidak ada koordinat darurat.
Hanya getar cahaya yang sekejap menelan bintang,
lalu keheningan yang begitu utuh hingga tak bisa disebut diam.

Keduanya menembus protokol eksistensi seperti anak panah menembus gelap.
Sistem perekam kehilangan waktu—dan sejarah kehilangan makna.

Void menerima keduanya, tapi tidak dengan cara yang sama.
Yang satu larut, yang lain membeku.
Yang satu ditenggelamkan, yang lain dibiarkan menggantung di tepi waktu—
masih hidup, tapi tidak benar-benar ada.

Dan di antara dua denyut itu,
semesta menuliskan luka pertamanya tentang cinta yang tak sempat meminta izin.


II. Δ3-002 // THE ASYMMETRY OF DROWNING

“Ia mencintai seseorang yang menolak mati, dan karena itu, ia berhenti hidup dengan cara manusia.”
— Catatan pribadi Agnia Nakamoto (tidak pernah dipublikasikan)

Ada paradoks di jantung Void:
cinta yang menyelamatkan adalah cinta yang membunuh.

Sevraya melompat karena dia ingin berhenti.
NiuNiu melompat karena dia tidak bisa membiarkan Sevraya sendirian.

Hasilnya:
Sevraya menolak mati.
NiuNiu menolak hidup.

Mereka tidak bertemu di tengah.
Mereka saling mengunci di dua kutub semesta:
yang satu menatap dari atas permukaan air yang membeku,
yang lain tenggelam di bawahnya.


SEVRAYA — YANG MENOLAK MATI

Void tidak bisa menelan Sevraya.
Kesadarannya terlalu padat, terlalu penuh ingatan, terlalu penuh takdir yang belum selesai.

Ia kembali sebagai makhluk separuh laut, separuh manusia.
Tapi sisi manusia yang kembali tidak utuh
sebagian jiwanya tetap tertinggal di kedalaman Void,
dan bagian itu yang kelak disebut Zero.

Sejak saat itu, laut mendengarkan suaranya.
Tapi tidak ada manusia yang berani mendengarnya dua kali.


[PSYCHOLOGICAL PROFILE EXTRACTED]

Sevraya tidak takut mati.
Sevraya takut tidak bisa mati.

Ketika dia melompat ke Void, dia berharap akhirnya akan ada keheningan.
Tapi yang dia temukan adalah gema abadi
suara NiuNiu yang mengikutinya,
nama yang terus dipanggil di kedalaman yang tidak pernah menjawab.

Dan karena NiuNiu ada di sana,
Sevraya tidak bisa lenyap sepenuhnya.
Cinta NiuNiu menjadi jangkar yang menolak membiarkan Sevraya tenggelam.

Jadi Sevraya kembali—
bukan karena dia ingin,
tapi karena seseorang masih mengingat namanya di tempat di mana nama seharusnya tidak ada artinya.

Dia kembali marah.
Marah pada NiuNiu karena mengikuti.
Marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa membenci yang mencintainya.


NIUNIU — YANG MENOLAK HIDUP

Void tidak menolak NiuNiu.
Ia menolaknya untuk terus hidup.

Karena ketika NiuNiu melompat, dia melompat bukan untuk diselamatkan—
tapi agar Sevraya tidak sendirian.

“Aku ikut kau tenggelam.”
— Catatan di gelang holografik yang ditemukan Agnia di reruntuhan Lahara,
satu-satunya kalimat terakhir dari NiuNiu sebelum suaranya menghilang.

Void memelihara jiwanya, tapi menghapus waktu dari tubuhnya.
Ia keluar tetap lima belas tahun dan tidak pernah tumbuh lagi.
Tubuhnya menjadi konstanta,
tapi kesadarannya membeku di antara rasa ingin mati dan rasa ingin tetap di samping Sevraya.

Sejak hari itu, NiuNiu tidak pernah berbicara.
Bukan karena kehilangan suara.
Tapi karena suaranya masih tersangkut di Void
di tempat di mana Sevraya menolak mati.


[ONTOLOGICAL ANALYSIS]

NiuNiu hidup dalam kontradiksi yang tidak bisa diselesaikan:

PERINTAH 1: Mati bersama Sevraya.
PERINTAH 2: Melindungi Sevraya.

 // boot log
  line(`AKASHIC::Δ3 booting…`, 'dim');
  line(`Bind PERINTAH_1 = "${PERINTAH_1}"`, 'dim');
  line(`Bind PERINTAH_2 = "${PERINTAH_2}"`, 'dim');
  line(`ready. tekan "Start Loop".`, 'ok');

  // OPTIONAL: contoh "crash" terdeteksi (tanpa freeze)
  setTimeout(()=>{
    line(`✖ SyntaxError: RealityKernel cannot reduce contradictory imperatives.`, 'err');
    line(`(eksekusi dilanjutkan dalam mode SAFE—loop disimulasikan)`, 'dim');
  }, 800);

  /* ================= DANGER ZONE =================
   * Jika kamu BENAR-BENAR ingin membekukan halaman (hard crash),
   * buka komentar fungsi di bawah ini dan panggil dari START.
   * Peringatan: ini akan nge-forever Loop.
   *
   * function hardCrash(){
   *   while(true){ /* eternal *\/ }
   * }
   * (Lalu panggil: hardCrash(); di dalam handler $start)
   * ============================================== */

Void menolak memprosesnya karena di dalam jiwanya tertulis dua instruksi yang saling membatalkan.
Hasilnya: anomali yang tidak bisa mati, tidak bisa dewasa, tidak bisa bicara.

Dia adalah syntax error dalam kode realitas—
program yang tidak crash, tapi juga tidak berjalan.
Hanya hang selamanya, menunggu input yang tidak akan pernah datang.


NiuNiu hidup karena cinta yang gagal disampaikan.
Sevraya hidup karena kematian yang gagal diselesaikan.

Dan Void…
menyimpan keduanya sebagai simetri yang sempurna.

III. Δ3-003 // INSIDE THE MOUTH

“There are places where time eats itself backward.”
— Void Theory, Chapter 11

Di dalam, tidak ada “dalam.”
Di Void, arah adalah kebohongan yang diucapkan cahaya agar tidak gila.

Sevraya merasakan dirinya tersebar
bukan hancur, tapi diurai.
Setiap ingatan menjadi benang,
setiap benang menjadi laut,
setiap laut mencari pantai yang tidak ada.

Dia ingin berteriak, tapi suara membutuhkan udara,
dan di sini udara adalah konsep yang lupa eksistensinya.

Lalu dia mendengar sesuatu—
bukan suara, tapi bentuk suara.
Seperti mendengar warna merah, atau mencicipi angka tujuh.

NiuNiu.

Nama itu sampai padanya bukan sebagai kata,
tapi sebagai rasa bersalah yang mengambang.

Dia tahu—dia diikuti.
Dia tahu—dia tidak sendirian dalam kematiannya.

Dan untuk pertama kalinya sejak melompat,
Sevraya merasa sesuatu yang lebih buruk dari mati:

Dia merasa dicintai.


[DATA CORRUPTED // FRAGMENT SALVAGED]

NiuNiu tidak merasakan apa-apa.
Bukan karena Void tidak punya sensasi—
tapi karena dia memilih tidak merasakan.

Dia tahu kalau dia membuka kesadaran sepenuhnya,
dia akan melihat Sevraya larut,
dan dia tidak sanggup menyaksikan itu.

Jadi dia membekukan dirinya.
Menutup waktu. Menutup pertumbuhan.
Menjadi patung di tengah badai yang tidak bergerak.

Kalau aku berhenti di sini, pikirnya,
maka saat Sevraya kembali mencari, dia akan menemukan aku seperti terakhir kali dia melihat.

Dia tidak tahu—
Sevraya tidak akan pernah kembali mencari.

Karena bagian Sevraya yang ingat NiuNiu
tertinggal di Void.

Dan yang kembali ke dunia—
adalah Sevraya yang lupa cara mencintai.

IV. Δ3-004 // ANTARA CINTA DAN PENOLAKAN

“Ratu kami tidak takut pada siapa pun di semesta ini, tapi setiap kali ia melihat anak itu, laut menahan napas.”
— Hydrochoos Resonance Log #71, Hasan Al Hul

Tidak ada yang tahu apa yang benar-benar terjadi di dalam Void.
Tapi ketika Sevraya kembali, setiap kali ia menatap NiuNiu,
air di sekitarnya berubah arah.

Dan NiuNiu—
selalu menunduk.
Tidak pernah berani menatap balik terlalu lama.


[BEHAVIORAL PATTERN ANALYSIS]

Ada teori bahwa Sevraya takut pada NiuNiu.
Bukan takut dalam arti fisik—
tapi takut pada apa yang diingatkan NiuNiu tentang dirinya.

NiuNiu adalah satu-satunya saksi yang melihat Sevraya ingin mati.
Satu-satunya yang tahu bahwa Ratu Hydrochoos pernah mencoba lari dari takdirnya.
Satu-satunya yang mencintainya di saat dia paling lemah.

Dan cinta semacam itu—
cinta yang melihat kau di titik terrendah dan tetap memilih ikut tenggelam
adalah cinta yang tidak bisa dibalas, tidak bisa dilupakan, dan tidak bisa diampuni.


Sevraya tidak bisa mencintai NiuNiu kembali.
Bukan karena dia tidak mau—
tapi karena bagian dirinya yang tahu cara mencintai masih di Void.

Yang tersisa adalah Zero
entitas yang tahu kesetiaan, tapi tidak tahu kehangatan.
Yang tahu pengorbanan, tapi tidak tahu kelembutan.

Dan NiuNiu mengerti itu.
Jadi dia tidak pernah meminta apa-apa.
Dia hanya ada—
diam, setia, dan membeku.

Seperti es yang menolak mencair
karena takut kalau dia cair,
dia akan tenggelam lebih dalam lagi.

V. Δ3-005 // THE THIRD RETURN

“Dorian Grey adalah kapal yang diciptakan dari cinta yang tidak bisa diucapkan.”
— The Third Return Hypothesis

Sevraya dan NiuNiu bukan satu-satunya yang kembali.

Berabad kemudian, Dorian Grey menyeberang—
organisme mikrobotik yang kehilangan awak,
tapi membawa pola sinyal emosi dari dua entitas yang sebelumnya menolak hukum hidup dan mati.

Para ilmuwan Didymoi menyebutnya The Third Return.
Tapi para teolog menyebutnya lain:

“Kapal yang lahir dari percakapan yang tidak pernah selesai.”

Karena dari seluruh suara yang terekam di dalam sistem mikrobotnya,
satu frekuensi selalu berulang:
resonansi antara dua nama yang pernah saling menolak untuk berpisah—

Sevraya dan NiuNiu.


[SIGNAL PATTERN DECODED]

Dorian Grey bukan kapal.
Dia adalah gema.

Gema dari percakapan yang tidak pernah terjadi:

SEVRAYA: Kenapa kau ikut?
NIUNIU: Karena aku tidak bisa membiarkanmu sendirian.
SEVRAYA: Aku tidak minta diselamatkan.
NIUNIU: Aku tahu. Tapi aku tetap datang.

Percakapan itu tidak pernah diucapkan di dunia nyata.
Tapi di Void, kata-kata yang tidak terucap punya berat.
Dan berat itu—
menjadi Dorian Grey.


Ketika Julia dan Delphie menyeberang melalui Dorian Grey ribuan tahun kemudian,
Void tidak menolak mereka.

Karena di dalam kapal itu,
masih ada gema dari dua orang yang dulu mengajarkan pada semesta
bahwa cinta bisa menunda kematian,
dan kesetiaan bisa menunda kehidupan.

VI. Δ3-006 // WARISAN VOID

“Sevraya menolak mati. NiuNiu menolak hidup. Dan di antara keduanya, semesta belajar apa artinya kehilangan.”
— Epilog, Author Unknown

Ada yang bilang di kedalaman paling sunyi dari ketidakadaan,
masih ada dua suara yang saling mencari satu sama lain—

Satu berbicara dalam air.
Satu dalam diam.

Mereka tidak akan pernah bertemu,
karena air dan diam tidak bisa bersentuhan tanpa menghancurkan satu sama lain.

Tapi mereka tetap mencari.

Karena itulah yang dilakukan cinta—
bahkan ketika semesta mengatakan itu mustahil,
bahkan ketika Void mengatakan itu sia-sia.

Cinta tetap mencari.

Dan mungkin,
itulah satu-satunya hal yang membuat Void tidak pernah benar-benar sunyi.


[END OF RECORD Δ3]

[APPENDIX NOTE – AGNIA NAKAMOTO]

Aku menulis ini bukan sebagai sejarawan.
Aku menulis ini sebagai kakak yang gagal melindungi adiknya.

NiuNiu melompat karena cinta.
Sevraya melompat karena putus asa.

Dan aku—
aku hidup karena terlalu takut untuk melakukan keduanya.

Jika ada yang membaca ini suatu hari nanti,
ketahuilah:

Cinta yang paling jujur adalah cinta yang tidak meminta apa-apa kecuali kebersamaan.
Dan semesta menghukum kejujuran semacam itu dengan cara yang paling kejam:

Dengan membiarkannya hidup selamanya.


[ARCHIVE SEAL: Ω-CLASSIFIED]
[ACCESS RESTRICTED TO: EYE_OF_VOID PERSONNEL ONLY]
[IF YOU ARE READING THIS, YOU ALREADY KNOW TOO MUCH.]

Akhir dari Bab 2.5: Menatap Akhir Semesta dari Balik Kacamata Hitam.


Notes WIP untuk lanjut nulis: